Makalah Psikologi tentang Perasaan dan Emosi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Selain itu dalam pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di tinjau secara fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar.
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi adalah suatu perasaan ingin melebihi dari sifat individu terhadap suatu objek sehingga cendrung berupaya untuk mengekpresikan dan mengaplikasikannya. Macam-Macam Emosi takut, Khawatir, Marah, Sebal, Frustrasi, Cemburu, Iri Hati, Dukacita, Afeksi atau Sayang, Bahagia.
Untuk menjadi seorang perawat yang baik, seseorang harus mempunyai rasa peduli, empati, dan penuh belas kasih untuk memberikan pasien layanan yang terbaik. Seorang perawat juga harus bertanggung jawab dan berorientasi pada tugas keperawatan yang bersifat detail misalnya membuat catatan yang akurat, bekerja dengan peralatan medis yang mahal atau obat dengan dosis tinggi. Kestabilan emosional juga sangat penting karena seorang perawat mungkin sering menghadapi keadaan darurat, misalnya orang sakit dengan keluarga yang tertekan serta situasi sulit lainnya. The American Nurses Association juga mencatat bahwa perawat yang baik mampu bertindak sebagai advokasi bagi pasien, mampu beradaptasi dan terdidik.
Seorang perawat dituntut untuk tidak hanya memiliki IQ yang bagus tetapi juga EQ yang “tidak biasa”. Penelitian tentang kecerdasan emosional telah memperlihatkan bahwa EQ adalah penilaian yang bisa mencegah munculnya perilaku yang buruk. Stigma negatif yang menyatakan bahwa perawat itu ‘judes’, ‘cuek’, ‘pemarah’, dan stigma-stigma negatif lain akan mampu dihilangkan jika perawat mampu memiliki kecerdasan emosional yang baik. (keperawatan.net, 2010)
Para perawat dalam pekerjaannya sehari-hari hampir selalu melibatkan perasaan dan emosi, sehingga perawat dituntut untuk memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Secara khusus para perawat rumah sakit membutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi karena mereka mewakili organisasi untuk berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di luar organisasi. Perawat yang memiliki empati akan dapat memahami kebutuhan orang atau keluarga yang dirawatnya dan dapat memberikan solusi yang konstruktif.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang maksud dengan perasaan?
1.2.2 Apakah yang maksud dengan emosi?
1.2.3 Bagaimana proses terjadinya emosi?
1.2.4 Bagaimana hubungan antara perasaan dan emosi?
1.2.5 Bagaimana perbedaan antara perasaan dan emosi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan dapat memahami tentang perasaan dan emosi dengan benar.

1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pebelajaran diharapkan :

1) Menjelaskan pengertian perasaan dan emosi
2) Menjelaskan macam-macam perasaan dan emosi
3) Menjelaskan proses terjadinya emosi
4) Menjelaskan hubungan antara perasaan dan emosi
5) Menjelaskan perbedaan antara perasaan dan emosi

BAB 2

PERASAAN DAN EMOSI

2.1 Pengertian Perasaan

Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung kepada perangsang dan alat-alat indra. Sedangkan menurut Prof. Hukstra, perasaan adalah suatu fungsi jiwa yang dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang ( Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, hal : 75).
Sementara menurut Koentjaraningrat perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif( Drs. Alex Sobur, M. Si, Psikologi Umum, hal : 426). Selain itu dalam pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di tinjau secara fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Makna penilaian ini tampak misalnya “ Saya rasa nanti sore hari akan hujan”( Ibid, hal : 427).
Perasaan selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilaian tadi biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seseorang individu. Kehendak itu bisa positif artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya suatu yang memberikan kenikmatan kepadanya, atau juga bisa negatif artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya.

2.2 Macam-macam perasaan

Dalam mempelajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian perasaan yang dilakukan oleh para ahli. Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu(Ibid, hal : 427) :
2.2.1 Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengindraan misalnya : rasa panas, dingin dan sakit.
2.2.2 Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh misalnya : rasa lesu, segar.
2.2.3 Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-perubahan psikis misalnya : rasa senang, sedih.
2.2.4 Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dialami secara pribadi misalnya : perasaan terasing.
2.2.5 W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut(Ibid,) :
2.2.5.1 Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya perasaan senang yang diperlihatkan masa sekarang dalam hubungan dengan ransangan-ransangan yang dialami pada waktu sekarang juga.
2.2.5.2 Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, misalnya perasaan senang pada waktu sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa di masa lampau.
2.2.5.3 Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, misalnya perasaan senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang. Perasaaan dapat digolongkan dua menurut keadaan perasaan seseorang yaitu (Agus Sujanto,)
1) Golongan Eukoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa senang, gembira dan optimis.
2) Golongan Diskoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa tidak senang, murung dan pesimis.

Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun perasaan sebagai berikut:
2.2.5.4 Perasaan rendah (biologis) terdiri atas :
1) Perasaan keinderaan (sensoris), ialah perasaan yang timbul waktu indera kita menerima ransangan.
2) Perasaan vital (kehidupan), ialah perasaan yang bergantung kepada keadaan tubuh kia sesewaktu, misalnya merasa senang sekali karena sehat.
3) Perasaan tanggapan, ialah perasaan yang mengiringi apabila kita menanggap sesuatu atau keadaan, misalnya seorang prajurit masih merasa senang sekali kalau ia ingat betapa sang saka berkibar dengan megahnya.
4) Perasaan instink, ialah perasaan yang mengiringi sesuatu instink yang sedang timbul, misalnya kita akan merasa senang, kalau pada saat makan, di meja makan selalu tersedia hidangan yang berganti-gantian.

2.2.5.5 Perasaan luhur (rohani) terdiri atas :
1) Perasaan keindahan, ada dua macam : perasaan keindahan negatif, ialah perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang buruk. Perasaan keindahan yang positif, ialah perasaan keindahan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang baik.
2) Perasaan intelek, ialah perasaan yang timbul sebagai akibat dari hasil intelek, misalnya kalau kita dapat memecahkan sesuatu yang sulit, timbul rasa senang dan sebaliknya.
3) Perasaan kesusilaan, ialah perasaan yang timbul karena indera kita menerima peransang susila atau jahat.
4) Perasaan ketuhanan, ialah perasaan yang timbul dalam mengetahui adanya tuhan. Misalnya orang akan merasa bahagia kalau ia merasa bahwa tuhan selalu melindungi dan dekat padanya.
5) Perasaan diri, ini ada dua macam : positif dan negatif. Perasaan diri positif adalah perasaan yang timbul bila ia dapat berbuat sama atau lebih dari orang lain. Perasaan diri negatif adalah perasaan yang timbul kalau tidak dapat berbuat seperti atau mendekati orang lain.
6) Perasaan simpati, ialah perasaan yang timbul karena orang lain mengalami rasa senang atau tidak senang.
7) Perasaan sosial, ialah perasaan yang timbul karena melihat keadaan masyarakat.

2.3. Pengertian Emosi
Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state accompained by characteristic motor and glandular activies “ (suatu keadaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “ setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkatan lemah (dangkal) maupun pada tingkatan yang luas (mendalam).(……..,thn)

2.4. Macam-Macam Emosi

Atas dasar arah aktivitasnya, menurut …. (….. ) tingkah laku emosional dapat dibagi:
2.4.1 Marah, orang bergerak menentang sumber frustasi;
2.4.2 Takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi;
2.4.3 Cinta, orang bergerak menuju sumber kemenangan;
2.4.4 Depresi, orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.

Dari hasil penelitiannya, John B. Watson menemukan bahwa tiga dari keempat emosional tersebut terdapat pada anak-anak, yaitu : takut, marah dan cinta.
2.4.1 Takut
Pada dasarnya, rasa takut itu bermacam-macam. Ada yang timbul karena seorang anak kecil memang ditakut-takuti atau karena berlakunya berbagai pantangan di rumah. Misalnya saja, rasa takut akan tempat gelap, takut berada di tempat sepi tanpa teman, atau takut menghadapi hal-hal asing yang tidak di kenal. Kengerian-kengerian ini relatif lebih banyak diderita oleh anak-anak daripada orang dewasa. Karena, sebagai insan yang masih muda, tentu saja daya tahan anak-anak belum kuat.
Jika dilihat dari secara objektif, bisa dikatakan bahwa rasa takut selain mempunyai segi-segi negatif, yaitu bersifat menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaanan gejala tubuh yang menegangkan, juga ada segi positifnya.
Ada beberapa cara untuk mengatasi rasa takut pada anak. Pertama, ciptakanlah suasana kekeluargaan/lingkungan sosial mampu menghadirkan rasa keamanan dan rasa kasih sayang. Kedua, berilah penghargaan terhadap usaha-usaha anak dan pujilah bila perlu. Ketiga, tanamkanlah pada anak bahwa ada kewajiban sosial yang perlu ditaati. Keempat, tumbuhkanlah pada diri anak kepercayaan serta keberanian untuk hidup; jauhkanlah ejekan dan celaan.
2.4.2 Marah
Pada umumnya, luapan kemarahan lebih sering terlihat pada anak kecil ketimbang rasa takut. Bentuk-bentuk kemarahan yang banyak kita hadapi adalah pada anak yang berumur 4 tahun. Pada anak-anak yang masih kecil, kemarahan bisa ditimbulkan oleh adanya pengekangan yang dipaksakan, gangguan pada gerak-geriknya, hambatan pada kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan, oleh segala sesuatu yang menghalang-halangi keinginan seorang anak.
1. Dalam sebuah studi yang dilakukan Goodenough, terdapat cukup bukti yang memperlihatkan bahwa anak-anak lebih mudah menjadi marah apabila pada malam sebelumnya mereka tidak cukup beristirahat.
2. Navaco pula mengemukakan bahwa amarah “bisa dipahami sebagai reaksi tekanan perasaan”
2.4.3 Cinta
Apakah cinta ? sesungguhnya betapa sulitnya kita menjelaskan kata yang satu ini. Sama halnya ketika kita harus mendefinisikan ihwal kebahagiaan. Penyair Mesir, Syauqi Bey, melukiskan “cinta” dlam sebuah sajaknya :
Apakah cinta ? Mulanya berpandangan mata, lantas saling senyum, kata berbalas kata, dan memadu janji, akhirnya bertemu.
Namun, yang digambarkan Syauqi Bey di atas adalah cinta romantis, yaitu cinta waktu pacaran yang kadang-kadang berakhir putus setelah puas bertemu dalam memadu cinta, tidak sampai meningkat ke jenjang pernikahan.
Dalam bukunya The Art of Loving (Seni Mencinta), Erich Fromm sedemikian jauh telah berbicara tentang cinta sebagai alat mengatasi keterpisahaan manusia, sebagai pemenuh kerinduan akan kesatuan. Akan tetapi, di atas kebutuhan eksitensi dan menyeluruh itu, timbul suatu kebutuhan biologis, yang lebih spesifik yaitu keinginan untuk menyatu antara kutub-kutub jantan dan betina. Ide pengutuban ini diungkapkan dengan paling mencolok dalam mitos bahwa pada mulanya laki-laki dan wanita adalah satu, kemudian mereka dipisahkan menjadi setengah-setengah, dan sejak itu sampai seterusnya, setiap lelaki terus mencari belahan wanita yang hilang dari dirinya untuk bersatu kembali dengannya.

2.5 Proses Terjadinya Emosi

Proses terjadinya emosi melibatkan faktor psikologis maupun factor fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor kita, lalu melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian.
Interpretasi yang kita buat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita.
Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bias memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan.
Persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif.

2.6. Hubungan antara Perasaan dan Emosi

Menurut pandangan Dirgagunarsa, perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap suatu hal. Makna penilaian ini tampak, misalnya, dalam ungkapan berikut: “Saya rasa nanti sore akan hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.
Di lain pihak, emosi mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intese). Perkataan emosi sendiri berasal dari perkataan “emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca (to stir up), yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu.

2.7 Perbedaan antara Perasaan dan Emosi

Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitas yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetati juga dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada setiap diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berlainan dengan berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan bukanlah hanya sekedar gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.
Emosi adalah suatu keadaan yang komplek yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar yang motoris. Dan perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu; marah, takut, cinta dan depresi.

3.2 Saran
3,2,1 Berharap agar mahasiswa lebih memahami tentang perasaan dan emosi
3,2,2 Bisa memberi pemahaman untuk mahasiswa
3,2,3 Dan terakhir, makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu agar pembaca senantiasa memberikan kritik dan saran kepada kami.


DAFTAR PUSTAKA
Fauzi Ahmad ( 2010), Psikologi Umum, Pustaka Setia , Bandung:
Sobur Alex ( 2009), Psikologi Umum, Pustaka Setia , Bandung:,.
Suryabrata Sumad i (2009), Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada , Jakarta,
Yusuf Syamsu (2010) , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosda Karya , Bandung

Leave a comment